Rinai
hujan turun perlahan sesaat setelah aku masuk kedai kopi. Pandanganku mengitar.
Tidak terlalu ramai. Hanya dua meja yang terisi, masing-masing 3 orang. Seperti
biasa, aku memilih tempat duduk di sudut, dekat jendela besar yang menghadap ke
taman samping. Lima menit, minumanku dihidangkan. Aku menyeruput perlahan.
Hangat. Pas dengan cuaca di luar yang merambat dingin. Aku menatap keluar
menunggu kedatanganmu. Ya. Menunggu.
Entah
sejak kapan aku mulai terbiasa menunggu. Aku menikmati ritme ketika menunggu.
Terutama untuk kamu. Aku memang lebih suka menunggu daripada ditunggu. Aku
tidak mau membuat orang kecewa dengan menungguku. Sederhana saja. Kali ini,
stok kesabaranku menggunung, menanti perjumpaan kembali denganmu. Hawa berbeda
kurasakan kini. Keyakinan akan langkah-langkah kebahagiaan yang semakin mendekat
menghampiri.
Kepalaku
lurus sempurna memandang taman yang penuh dengan bunga mawar. Kutatap embun
yang menempel di kelopaknya. Tetes-tetes air masih terlihat jatuh dari atap
luar kedai. Pelan saja. Gerimis. Jika berada di rumah, aku lebih suka menikmati
air itu membasahi mukaku. Bermain hujan. Kecipak air, belepotan lumpur, dan bau
tanah tersiram hujan. Ah,,,