Sabtu, 30 Mei 2015

DOEA TANDA CINTA




Entah kenapa sejak melihat poster film ini di awal tahun, jadi begitu tertarik dan pengen banget nonton. Setelah berkali-kali diundur, akhirnya tanggal 21 Mei 2015 yang lalu film ini rilis. Dan baru kemarin, 29 Mei 2015 saya berkesempatan nonton film ini.

Cerita berawal dari Bagus (Fedi Nuril), seorang pria dari keluarga sederhana yang ibunya punya usaha laundry. Bagus suka banget berantem dengan gerombolan sekitar rumahnya. Dengan alasan kesal dengan mereka yang sok-sok an berlagak macam tentara dan menghina keluarganya. Sang ibu yang sudah saking keselnya melihat anaknya yang "hobi" adu jotos, itu akhirnya menyarankan Bagus untuk jadi tentara beneran agar tidak diremehkan lagi.

Di kota lain, ada seorang anak petinggi TNI, Mahesa (Rendy Kjaernett) yang mempunyai "hobi" yang sama dengan Bagus. Bedanya, dia sering berantem hanya karena masalah rebutan cewek. Latar belakang orangtuanya yang kaya raya, membentuk karakter Mahesa yang borju, egois, dan suka semaunya sendiri. Oleh karena itu, Mahesa dipaksa ayahnya untuk menjadi tentara agar bisa menjadi manusia yang berguna.




Cerita berlanjut di Akademi Militer. Bagus dan Mahesa harus mengikuti latihan yang super berat dan disiplin tinggi sebagai taruna. Konflik timbul saat Mahesa yang suka seenaknya sendiri mulai mengganggu ketenangan taruna2 satu regunya. Mulai dari tidak bisa tidur di asrama dengan kasur kecil, telat apel pagi (sering terjadi), hingga berusaha kabur dari Akmil dengan memanjat tembok tinggi. Alhasil, tingkah Mahesa membuat taruna2 lain juga ikut dihukum. Dari push up, sampai tidak mendapat pesiar untuk pertama kalinya.



Sampai pada saat latihan lari ke atas bukit, Mahesa terpeleset batu hingga jatuh bergulingan di jurang dan pingsan. Salah seorang taruna yang melihat, segera melaporkan pada komandannya agar mendapat pertolongan. Berkat kejadian itu, Mahesa meminta maaf dan berterima kasih pada taruna2 lain. Sikapnya mulai berubah lebih baik.




Bagus mulai bersahabat dengan Mahesa, saat mereka sama2 menjadi taruna AD dan harus berpisah dengan teman2 satu regunya yang menjadi taruna AL dan AU. Mereka dipilih oleh Bram (Rizky Hanggono) untuk menjadi adik asuhnya. Saat hari pesiar tiba, Mahesa dan Bagus bingung harus pergi kemana. Akhirnya mereka memutuskan untuk ikut dengan Bram. Mereka diajak Bram makan sate kambing di restoran pamannya, Paklik Darto (Donny Kusuma). Oleh pamannya, Bram disuruh mampir ke rumah paman karena sudah lama tidak berkunjung kesana. 




Disanalah, Bagus dan Mahesa berkenalan dengan Laras, adik sepupu Bram. Kedua taruna ini rupanya sama2 tertarik dengan Laras, gadis lugu, sederhana, bermuka "dewasa", yang baru lulus SMA. Tiap pesiar, Bagus dan Mahesa pergi jalan2 dengan Laras. Mereka berkunjung ke Candi Sewu dan makan bersama.



Suatu malam di asrama, Mahesa mengungkapkan ketertarikannya pada Laras ke Bagus (baca: curhat). Oleh Bagus, Mahesa disarankan untuk mengatakan langsung pada Laras. Walaupun dengan hati perih, Bagus mendukung Mahesa dengan tulus.




Akhirnya, saat mereka makan malam bersama, Mahesa mengungkapkan perasaannya pada Laras (baca: nembak) dengan menggunakan cincin almh. ibunya. Bagus yang menjadi saksi, tak tahan dan memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

Dengan sangat halus Laras menolak Mahesa. Dia mengatakan bahwa tidak ingin mengganggu konsentrasi Mahesa saat pendidikan. Dia menyarankan Mahesa untuk semangat belajar agar menjadi lulusan terbaik dan memperoleh karir yang baik. Namun, rupanya Mahesa menanggapi lain maksud Laras. Dia berpikir bahwa Laras akan menunggunya selesai pendidikan dan mau menjadi kekasihnya.




Hal itu membuat Mahesa menjadi semangat belajar dan tekun berlatih. Hingga dia dan Bagus menjadi lulusan terbaik Akmil. Dua sahabat ini harus berpisah mengikuti kesatuannya masing-masing. Sebelum pulang, Mahesa menyempatkan diri untuk bertemu Laras di rumahnya. Mahesa yang sudah menjadi seorang Letnan, menyatakan kembali keinginannya untuk meminang Laras. Laras menjadi dilema karena sebenarnya dia menyukai Bagus. Akhirnya dia meminta waktu 1 hari untuk berfikir.

Semalaman Laras mencoba menghubungi Bagus, namun tidak berhasil. Rupanya nomor handphone Bagus hangus karena lama tidak diisi pulsa. Di sisi lain, Bagus yang bercerita pada ibu dan adiknya tentang Laras, disarankan ibunya untuk mengungkapkan perasaannya. "Jadi tentara itu harus tegas, jangan mencla-mencle," tegur ibunya. Hal itulah yang membuat Bagus langsung berlari membeli nomor handphone baru.

Keesokan harinya, Mahesa datang kembali ke rumah Laras untuk meminta jawaban. Laras yang sudah pasrah karena gagal menghubungi Bagus, akhirnya menerima pinangan Mahesa dengan syarat menunggu Laras lulus kuliah. Tak disangka, Bagus tiba-tiba menghubungi Laras. Laras shock dan merasa sangat menyesal hingga mematikan sambungan telepon. Bagus akhirnya berfikir Laras sudah menerima lamaran Mahesa.

3 tahun kemudian...
Mahesa yang sudah bergelar kapten, ditugaskan untuk menumpas pemberontak di pedalaman Flores, NTT. Sebelum berangkat, Mahesa menghubungi Laras untuk menanyakan kembali status hubungan mereka. Karena Mahesa mulai  merasa Laras ragu2 dan mengundur-undur pembahasan rencana pernikahan mereka. Mahesa meminta Laras untuk jujur dengan perasaannya. Akhirnya, meskipun sangat menyakitkan, Mahesa bisa menerima penjelasan Laras. Berangkatlah ia menjalankan tugas negara.

Tak disangka, Mahesa bertemu dengan Bagus yang juga ditugaskan di tempat yang sama. Disitu mulai terlihat sikap Mahesa yang kurang bersahabat, walaupun berusaha ditutup-tutupi dari Bagus. Mereka menjalankan tugas untuk masuk ke pedalaman hutan untuk membebaskan sandera dari tangan pemberontak. Terjadinya baku tembak yang amat menyeramkan (saya berkali-kali menutup mata) antara TNI dan kawanan pemberontak. Saat mereka telah berhasil membebaskan sandera, Mahesa rupanya enggan untuk kembali ke markas, walaupun sudah diingatkan Bagus. Mahesa terobsesi untuk berhasil menembak mati pemimpin pemberontak yang belum tertangkap. Dia selalu berkata "Lebih baik pulang tinggal nama daripada kalah di medan perang".

Saat berhadapan dengan pemimpin pemberontak, pada akhirnya Mahesa harus tertembak berkali-kali di tubuhnya. Bagus yang kembali dari menyelamatkan sandera menemukan Mahesa telah berlumuran darah. Di saat akhir, Mahesa mengatakan pada Bagus bahwa Laras menunggu Bagus kembali. Setelah itu gugurlah Mahesa di pangkuan Bagus. Bagus yang tidak rela sahabatnya mati ditembak musuh, berusaha menemukan pemberontak dan berhasil menembak mati, walaupun Bagus juga harus terluka.



Setelah pemakaman Mahesa, Bagus menemui Laras dan mengungkapkan perasaannya, dia berkata "Kalau ada orang yang menganggap kamu hanya sebagai adik, pastinya orang itu bukan aku" (jiaahhh,,, so sweet banget...). Mereka pun menikah dan hidup bahagia.
Happy ending :) :) :)

Suka banget sama film ini. Banyak hal positif yang disampaikan seperti sikap pantang menyerah, persahabatan (beda suku, tapi satu bangsa), dan cinta tanah air. Walaupun film serius, tapi tetap masih ada unsur komedi yang dikemas secara apik dan pas. Kisah cinta yang disampaikan juga sangat anggun, tidak berlebihan, dan tanpa adegan vulgar yang nggak penting itu.
Selain itu saya juga jadi semakin memahami kehidupan seorang TNI. Perjuangan, pengorbanan, dan semangat cinta tanah air yang mereka miliki. Jadi, harus semakin menghargai.

Finally happy watching,,,, 

Selvi :) :) :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar