Kamis, 22 Desember 2016

Untuk Mama



Kamis, 22 Desember 2016



Untuk Mama,

Mama, tidak mudah merangkai kata untuk kupersembahkan padamu. Hingga kini menulis sesuatu untuk dan tentangmu menjadi hal yang musykil untukku. Bukan karena aku tak sayang, tak cinta, atau tak perhatian padamu. Tetapi, karena bagiku tak ada kata-kata yang mampu mewakili, untuk menggambarkan betapa indahnya dirimu. Betapa agungnya dirimu. Betapa menakjubkannya dirimu. Sungguh, tak ada sepatah kata pun.



Mama, pelukan hangatmu pada tubuh mungilku dulu mungkin tak kuingat. Namun, beruntung aku masih merasakan rentang tanganmu memelukku kini. Saat aku tertidur, mama masih sering mengelus ubun-ubunku, lalu mengecupnya sepenuh hati. Aku belum tidur, ma, aku merasakan aliran hangat tulus itu.

Mama, teman “debat”-ku yang paling seru. Tak pernah se-zarrah pun aku ragu pada cintamu padaku. Mama selalu menjagaku. Terlebih saat tubuh ini ringkih. Engkau selalu yang pertama merawatnya. Meskipun telinga sombongku ini acapkali lalai dan melanggar perintahmu, mama senantiasa sabar. Kesabaran tiada batas, hanya mama seorang yang memiliki. 

Mama, langkah-langkah terangku ini aku yakini karena engkau yang selalu menyinarinya. Seterang matahari menunaikan titah Alloh Azza Wa Jalla, tak pernah lelah barang sehari pun. Terima kasih untuk “omelan-omelan”-mu. Aku bersyukur masih selalu menjadi perhatianmu. Bukankah saat mama marah berarti sayang? Mama ingin yang terbaik untukku. Selalu.

Mama, maafkan aku yang mungkin belum bisa membahagiakanmu. Entah harus dengan apa kubalas segenap kasih sayangmu. Aku tahu, waktu akan segera berlalu. Terbatas pada takdir Alloh. Namun, satu yang bisa aku lakukan yaitu menyebut-nyebut namamu dalam setiap doaku pada Yang Maha. Kurayu Sang Pemilik Cinta, agar senantiasa melimpahkan karuni-Nya padamu. Memasukkan mama ke dalam golongan orang-orang beriman, yang kelak menikmati surga terindah. Karena mama seorang ibu...

Mama, sosok paling berarti dalam hidupku. Mama selalu siap menarik ulurku seperti layang-layang. Membimbingku untuk bermimpi, terbang tinggi meraih cita. Namun, mama juga bersiap menarikku saat aku mulai limbung, hampir terbawa arus angin. Tak akan pernah membiarkan aku jatuh. Sigap sedia.

 

Mama, jika nanti telah kau lepaskanku menuju masa depanku. Tak akan terhitung rinduku pada dirimu. Namun, aku tahu cintamu selalu menjagaku. Kemana pun kelak kaki ini melangkah. Mama telah terpatri dalam jiwaku...

Selamat hari ibu, mama tersayang “the world mama”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar