Okey,karena banyak permintaan untuk melanjutkan stories ini (siapa? siapa? geer banget), akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan kisah tentang eyang ini. Mungkin ini yang masih tersisa di otak saya kemarin yang belum sempat saya sampaikan. Jadi,kalau antiklimaks, gak menarik, gak greget, jangan dihina, tapi simpan di hati saja atau dibuang ke laut (ngomong apa kau selv!!). Iya,iya, sudah cukup basa-basinya. Langsung cekidot saudara-saudara sekalian…
7. Penyayang dan Perhatian
Walaupun kadang kondisi kesehatannya menurun, begitu dengar ada anak atau cucunya yang sakit, eyang secara langsung melihat kondisinya. Seperti beberapa saat yang lalu, mama saya kambuh sakit maag-nya, eyang dengan langkahnya yang mulai tertatih menyempatkan diri datang ke rumah. Meskipun harus melewati jalan terjal, mendaki gunung, lewati lembah (bukan..bukan.. eyang saya bukan ninja hatori) ----skip skip, itu hanya penggambaran lebay tentang rumah saya yang memang punya banyak tangga naik turun. Begitu sampai di kamar, eyang yang saya tahu kelelahan, berusaha dengan baik menanyakan keadaan mama (terharu banget). Hiks..
Begitu mau pulang, mama selalu menyuruh saya untuk mengantar eyang. Dan seperti sebelumnya begitu saya gandeng tangannya, eyang selalu menampakkan keengganannya. Eyang memang sepertinya tidak terlalu suka dianggap sebagai orangtua yang selalu diperlakukan “tua”. Pun begitu ketika akan berangkat sholat jumat. Eyang akan selalu berangkat sendiri, tidak mau diseberangkan.
7. Penyayang dan Perhatian
Walaupun kadang kondisi kesehatannya menurun, begitu dengar ada anak atau cucunya yang sakit, eyang secara langsung melihat kondisinya. Seperti beberapa saat yang lalu, mama saya kambuh sakit maag-nya, eyang dengan langkahnya yang mulai tertatih menyempatkan diri datang ke rumah. Meskipun harus melewati jalan terjal, mendaki gunung, lewati lembah (bukan..bukan.. eyang saya bukan ninja hatori) ----skip skip, itu hanya penggambaran lebay tentang rumah saya yang memang punya banyak tangga naik turun. Begitu sampai di kamar, eyang yang saya tahu kelelahan, berusaha dengan baik menanyakan keadaan mama (terharu banget). Hiks..
Begitu mau pulang, mama selalu menyuruh saya untuk mengantar eyang. Dan seperti sebelumnya begitu saya gandeng tangannya, eyang selalu menampakkan keengganannya. Eyang memang sepertinya tidak terlalu suka dianggap sebagai orangtua yang selalu diperlakukan “tua”. Pun begitu ketika akan berangkat sholat jumat. Eyang akan selalu berangkat sendiri, tidak mau diseberangkan.