Selasa, 04 Februari 2014 17.05
Entah kenapa sore ini tiba-tiba ingin menulis tentang eyang. Inspirasi memang bisa datang kapan pun. Makanya selagi muncul, saya coba untuk corat-coret sedikit mengenai eyang kakung. Meskipun kondisi badan lagi gak fit, mata dan hidung berair (jadi curhat?? Abaikan). Anggap saja ini biografi (ngarang,,lebay,,), sejarah atau informasi singkat tentang eyang. Hasil pengamatan saya selama ini dan juga tanya kanan-kiri. Thanks a lot to om Bams, sebagai informan utama. Okey gitu aja deh, cap cus ciin.. :D
1. Profil
Eyang bernama lahir Soemadji. Lahir di Tulungagung, 17 Agustus 1927. Saya tidak begitu tahu tentang kepastian tanggal lahir ini (setelah mengurus dokumen kematian eyang, saya baru tahu bahwa tanggal itu benar). Entah memang benar atau hanya agar mudah diingat. Maklum, pada zaman dulu orang tidak begitu mengingat tanggal lahirnya. Apalagi bagi eyang yang lahir di kota kecil.
Eyang merupakan anak tunggal dalam keluarganya. Ayahnya meninggal saat masih kecil. Lalu ibunya menikah lagi. Jadi, eyang mempunyai saudara tiri beberapa (saya kurang begitu paham soal ini). Eyang kemudian dirawat oleh paklik dan buliknya. Eyang pernah sekali mencari keluarganya ditemani oleh anak-anaknya, namun hanya menemukan pakliknya saja.
Saya baru saja mendapat kisah lengkapnya dari mama kemarin. Waktu itu setelah bapak saya punya mobil untuk pertama kali, entah kenapa eyang akhirnya mau diajak oleh mama mencari keluarganya (padahal sebelumnya eyang berkali-kali menolak). Singkat kata berangkatlah eyang ditemani kedua orang tua saya ke Tulungagung. Begitu sampai disana, eyang seolah-seolah kembali ke masa kecilnya. Tiap melihat rumah model masa kecilnya eyang selalu menunjuk dan berkata," iku omahku, wid (nama mama saya)". Berkali-kali eyang seperti itu padahal bukan.
Namun, sepertinya nasib baik masih menghampirinya. Di rumah terakhir yang didatangi, eyang akhirnya menemukan satu-satunya keluarganya yang tersisa, yaitu pakliknya, adik ibunya yang merawat eyang kecil. Sebagai saksi mata, mama melihat mereka saling berpelukan erat dan menangis haru. Pakliknya bahkan sempat berkata "oalah Ji,Ji,, kowe sek urip ta?? (saya menangis saat mendengar kisah ini. Bagaimana tidak? Saya membayangkan bagaimana kehidupan eyang selama ini yang sebatang kara. Tanpa ayah dan ibu yang telah meninggal). Pertemuan itu menjadi terakhir kalinya. Karena setelah itu tidak ada kabar dari pakliknya lagi. apa masih hidup atau sudah meninggal...
Eyang menikah dengan ibuk (nenek) saat berusia kurang lebih 30 tahun. Saat itu ibuk masih kecil sekitar 12 tahun, baru lulus SD. Sama dengan orangtua zaman dulu, pernikahan itu diatur melalui perjodohan. Menikah dengan perempuan yang baru lulus SD, eyang begitu “nriman”sikap ibuk yang masih suka bermain. Saat ditinggal dinas, ibuk masih suka bermain karet gelang atau bendan bersama teman-teman seumurannya.. (saya selalu suka saat ibuk dan eyang menceritakan kejadian ini :D). Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai 7 orang anak, 2 diantaranya meninggal saat kecil. Urutannya,Endang Haryati (meninggal tahun 2004), Djoko Yudanto, Murni Widayati (mamaku),Endang Lestari Ningsih, dan Bambang Trisno Yuwono. Eyang mempunyai 12 cucu dan 3 cicit (sekarang sudah 5 cicit).
Eyang bekerja sebagi TNI yang juga ikut memperjuangkan kemerdekaan tanah air kita. Eyang pernah ditugaskan di berbagai daerah, seperti Cimahi, Madiun, Pasuruan, dan Manado. Sebelum akhirnya pensiun dan menetap di Desa Pendem, Kota Batu pada tahun 1978. Eyang pensiun dengan pangkat kapten.
2. Pendiam
Eyang merupakan sosok yang pendiam. Tidak terlalu banyak bicara. Namun, dibalik diamnya, eyang merupakan sosok yang penyayang kepada anak cucunya. Eyang sangat perhatian kepada anak cucunya. Ketika eyang berbicara, berarti hal penting yang disampaikannya. Eyang paling anti membicarakan kejelekan orang. Jadi, kalau mau bergosip, jangan pernah didepannya. Buru-buru kabur. Hehe..
Saya juga jarang berinteraksi dengan eyang. Paling mentok diskusi soal topik berita di koran. Selebihnya, kalau tidak diajak bicara atau ada perlu saya juga diam. Hehe..
3. Disiplin dan Demokratis
Hal pertama yang selalu saya ingat dari sosok eyang adalah disiplin dirinya yang begitu luar biasa. Dalam banyak hal eyang selalu menerapkan disiplin. Entah itu bawaan kerjaan, mengingat eyang purnawirawan TNI atau memang sifat diri. Eyang selalu disiplin dalam hal waktu.Waktu makan, waktu sholat, waktu istirahat, waktu santai selalu tepat. Jangan pernah main-main kalau janjian sama eyang. Telat 5 menit aja, pasti ditinggal. Saat kita semua misalnya ada janji pergi jam berapa,dan molor. Eyang pasti protes.
Ambil contoh, waktu eyang check up kesehatan di RS. Baptis. Kalau janjian jam 07.30, ya harus berangkat jam itu. Telat langsung tinggal. Eyang berangkat naik ojek sendiri saudara-saudara!!! Yang sering jadi pelaku molor adalah mas Indra (hihihi,, sorry masbro). Begitu pun saat pulang,jika lama menunggu jemputan eyang juga lebih memilih naik ojek. Duuhh,,,padahal yang di rumah udah ketar-ketir khawatir…
Waktu sholat juga eyang adalah orang yang paling disiplin. Sholat selalu on time setelah azan, langsung cuuss,, bahkankalau ibuk kelamaan wudhunya juga ditinggal loh.. (kesindir banget aku sama hal ini, masih suka nunda2 sih. Hihi..). nggak cuma sholat fardhu aja yang on time, dhuha dan tahajud juga. Waktu sholat jumat pun begitu. Eyang selalu berangkat jam 11 tepat. Nggak kayak kakak-kakak saya yang lain. Hayoo,,yang ngrasa ngacung. Jeng..jeng..jeng..
Sifat disiplinnya ini yang mungkin juga berpengaruh besar kepada daya ingatnya. Ya, walaupun seiring bertambahnya usia,ingatannya gak setajam dulu. eyang selalu ingat tanggal lahir anak2 dan juga cucu2 nya (sifat ini sepertinya menurun ke saya. Hahh.. akhirnya ada hal baik juga. Hihi..)
Eyang juga orang yang sangat menghargai moment2 penting, seperti wisuda anak2 dan cucunya. Eyang selalu siap sedia diminta berfoto dengan anak2 dan cucunya saat memakai toga. Eyang juga siap dengan jas kesayangannya. So sweet…
Walaupun disiplin tinggi eyang juga orang yang sangat demokratis. Termasuk dalam pemilihan jodoh dan pekerjaan anak-anaknya. Eyang nggak rela kalau anak cucunya jadi tentara. Katanya berat, biar eyang aja yang ngrasain (beuuh,,, ternyata saya sudah pakai kutipan Dilan jaman now nih.Hihihi...). Ya walaupun anak bungsunya, om Bams sempat 2 kali daftar tentara dan gagal (nggak denger kata ortu sih. Ups..). semua anak eyang berprofesi sebagai guru, termasuk 2 menantunya. Hehe..
4. Guru
Eyang merupakan guru bahasa jawa yang TOP banget. Kata mama sih eyang pernah ngajar di sekolah gitu setelah pensiun (lagi2 infonya kurang. Hiks..). Pengalaman saya selama SD-SMP, kalau ada PR bahasa jawa (tidak nemu jawaban di pepak jawa) pasti tanya eyang. Apalagi soal pewayangan. Wah,,hafal diluar kepala. Nggak heran kalau saya sering dapat nilai 10 di pelajaran satu ini. Hihihi..
5. Jam beker dan Radio
Eyang nggak bisa lepas dari 2 benda ini. Eyang suka banget dengerin radio. Bahkan baterainya sampai dijemur lho, kalau mulai kresek-kresek. Kebiasaan ini sih sekarang sudah mulai ditinggalkan. Seiring berkembangnya tayangan tv yang menarik.
Jam beker juga nggak bisa dilepaskan sama sosok eyang. Terutama digunakan saat membangunkan dirinya untuk sholat tahajud. Dulu sewaktu kamar saya ada di sebelah kamar eyang, walaupun nggak satu rumah, bunyi jam beker ini juga selalu ikut membangunkan saya. Ya, walaupun saya cuma bangun sebentar trus tidur lagi (cucu macam apa saya ini. Plak,, lupakan..)
Saya pernah punya pengalaman bodoh, memalukan, apalah sebutannya itu. Jadi begini,waktu saya sekolah SMP saya sempat tidur di rumah eyang selama beberapa waktu (bilang aja numpang nonton tv sampai malem coz gak punya tv, rusak. Hiks..).Waktu itu di sekolah akan diadakan tes roll depan dan belakang. Berhubung kamar sementara saya di sebelah kamar eyang, terdengarlah bunyi nyaring alarm jam beker legendaris itu. Saya yang bermimpi lagi tes roll jatuhlah dari tempat tidur (bahasa kerennya “ngglundung”). Dan karena sempat terbentur lemari, sampai bunyi jeduuk!!! Masuklah eyang ke kamar. “Lapo nduk isuk-isuk?” dan saya hanya cengar-cengir.
6. Tahu,Roti, Bagelan, Gabin
Keempatnya merupakan makanan kegemaran eyang. Eyang nggak akan nolak kalau diberi makanan itu.
Sebenarnya sih masih banyak yang ada di otak saya. Tapi, berhubung diancam sama mas Indra kalau panjang2 gak bakal dibaca. Saya terpaksa akhiri sampai disini. Jika ada infomasi yang salah mohon dikoreksi. Saran,kritik, informasi tambahan sangat saya harapkan. Terima kasih atas perhatiansaudara2 semua. Akhir kata wassalamu’alaikum waramatullahi wabarakatuh..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar