Kamis, 31 Juli 2014

EYANG KITA SEMUA (PART 3)

Sebenarnya, antara iya dan tidak untuk mempublish cerita ini. Soalnya ada beberapa sodara yang gak dikasih tau soal ini. Tapi, setelah saya pikir, toh kejadian ini sudah berlalu dan nggak berakhir buruk. Dan lagi ini termasuk kejadian yang gak akan saya lupakan, sampai2 saya catat di diary..

Hari itu Sabtu, 17 Mei 2014 adalah jadwal eyang check-up ke rumah sakit Baptis seperti biasa. Kalo hari Sabtu biasanya selesai cepat sekitar jam 9an. Tapi, hari itu hingga pukul 2 siang belum juga pulang. Gak ada kabar juga dari mas In. Sampai akhirnya, menjelang ashar mas In memberi kabar ke om Bam dan mama, bilang kalo eyang mau operasi mata katarak dan harus diopname saat itu juga untuk dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Wah,, paniklah kami semua. Mama dan saya langsung menemui om Bam untuk klarifikasi kabar itu. Om Bam yang juga baru sampai rumah, juga terlihat khawatir sampai2 salah satu kaos kakinya belum dilepas demi bercerita ke mama (salah satu hal detail yg saya perhatikan).


Mengalirlah cerita om Bam,, alkisah suatu hari.. ada seorang pangeran.. (Selviii, ngaco deh.. lagi serius2 juga!!! Ok, ok, maaf.. selow sodara2. ben gak tegang). Beberapa hari sebelum check-up, eyang memang sempat mengeluhkan kondisi matanya sebelah kanan, karena itulah eyang menyempatkan  menemui dokter mata untuk konsultasi. Dari hasil ngobrol2 A-Z, diambil kesimpulan kalo eyang lebih baik operasi. Saat mas In dipanggil dokternya untuk mengabarkan hal ini, dokter juga mengatakan kalo keberhasilan operasi ini 50:50 sodara!! Wuh,, kalo saya disana rasanya pengen jitak tu dokter deh.. (eh, emang berani?? Abaikan..). Karena katarak eyang masuk dalam tipe B. Jadi, bisa sembuh total, atau malah tidak bisa melihat. Hal ini sempat menjadi kontroversi (beuh,, bahasanya..) antara dua orang dokter yang menangani eyang, yaitu dokter mata dan dokter ahli penyakit dalam yang tau betul riwayat penyakit eyang. Kalo pendapat dokter dalam operasi mata itu gak perlu dilakukan, mengingat kondisi jantung eyang (pengaruh usia). Jadi, bukan kebutuhan mendesak lah..

Tapi, bukan eyang namanya kalo gak kekeuh sama keputusannya. Eyang siap dioperasi dengan segala resikonya. Dan,, kami semua tidak ada yang berani menentang. Yo wes lah,, kita ra popo.. masio kudu nangis... T_T

Dan hal paling berat yang harus dilakukan adalah memberitahukan kabar ini kepada sang belahan hati eyang, ibuk tersayang (huah.. ambil nafas dulu..). Mama dan saya pergi ke rumah ibuk untuk menceritakan hal ini (pergi?? kemana?? orang tinggal loncat doang..). Saat itu ibuk sedang tidur siang, jadi kami memberitahu ke tan en dulu. Setelah itu, kami membagi tugas bahwa mama dan tan en yg memberi tau ibuk. Sementara saya pulang untuk menyiapkan beberapa kebutuhan eyang. Singkat kata, setelah semua beres, saya kembali menemui ibuk yang sudah terlihat berkaca-kaca dan panik mendengar kabar itu. Dan berangkatlah kami menemui eyang di rumah sakit.

Namun, ternyata.. operasinya tidak jadi dilakukan sodara2. bukan,, bukan karena eyang mendapat keajaiban terus sembuh. Tetapi, kami harus menunggu jadwal operasi dari dokter dulu. Tidak bisa langsung. Akhirnya eyang pulang kembali ke rumah. Huft,,

Saat eyang pulang, saya dapat kabar kalo operasi akan dilakukan di RSSA Malang. Karena setelah konsultasi ke dokter, operasi yg bagus bisa dilakukan  di sana. Singkatnya, setelah beberapa hari menunggu kabar, kami dapat kepastian jadwal operasi eyang.

Rabu siang, 21 Mei 2014, berangkatlah eyang diantar bapak didampingi ibuk, mama, mas In, dan dek Alf. Eyang harus menginap di ruang paviliun RSSA untuk menunggu jadwal operasi keesokan harinya. Kamis, 22 Mei 2014, pukul 11.00. Operasi katarak eyang telah selesai dilakukan dan bisa langsung pulang sore harinya. Alhamdulillah... :)

Karena kondisinya, eyang harus istirahat penuh di dalam rumah selama beberapa hari. Ndilalah,, (wooyyy... bahasa planet mana ini??) para tetangga kanan-kiri, depan-belakang rumah merasa curiga karena tidak melihat eyang beberapa hari. Alhasil, akhirnya mereka datang ke rumah untuk menjenguk eyang. Bahkan, menurut saksi mata (mas In), ada salah satu tetangga depan rumah yg menangis melihat kondisi eyang. Karena mereka sudah menganggap eyang dan ibuk seperti orang tua mereka sendiri. Hiks,, terharu.. ternyata semua sayang eyang.. :')

Dan, Alhamdulillah sampai saya selesai menulis ini (bo'ong,, bukannya ngetik? hihi..), kondisi eyang masih sehat wal'afiat. Eyang masih kuat menjalankan puasa ramadhan, sholat tarawih, dan jalan2 pagi.. ^^

Oke sodara2, ini yg bisa saya ceritakan. Komen, saran, dan kritik nya saya tunggu (tapi, jangan pedas2 yaa, nanti saya bisa nangis dan ngambek, trus gak mau nulis lagi. Trus nanti kalian jadi kangen sama tulisan saya. Trus saya jadi gak punya kegiatan. Trus, trus, trus,,, natap tembok. Selvi ngaco kalo lagi laper. APA SIHH!!)

Makasi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar