Sebenarnya,
antara iya dan tidak untuk mempublish cerita ini. Soalnya ada beberapa
sodara yang gak dikasih tau soal ini. Tapi, setelah saya pikir, toh
kejadian ini sudah berlalu dan nggak berakhir buruk. Dan lagi ini
termasuk kejadian yang gak akan saya lupakan, sampai2 saya catat di
diary..
Hari itu Sabtu, 17 Mei 2014 adalah jadwal eyang check-up
ke rumah sakit Baptis seperti biasa. Kalo hari Sabtu biasanya selesai
cepat sekitar jam 9an. Tapi, hari itu hingga pukul 2 siang belum juga
pulang. Gak ada kabar juga dari mas In. Sampai akhirnya, menjelang ashar
mas In memberi kabar ke om Bam dan mama, bilang kalo eyang mau operasi
mata katarak dan harus diopname saat itu juga untuk dilakukan
pemeriksaan secara menyeluruh. Wah,, paniklah kami semua. Mama dan saya
langsung menemui om Bam untuk klarifikasi kabar itu. Om Bam yang juga
baru sampai rumah, juga terlihat khawatir sampai2 salah satu kaos
kakinya belum dilepas demi bercerita ke mama (salah satu hal detail yg
saya perhatikan).
Mengalirlah cerita om Bam,, alkisah
suatu hari.. ada seorang pangeran.. (Selviii, ngaco deh.. lagi serius2
juga!!! Ok, ok, maaf.. selow sodara2. ben gak tegang). Beberapa hari
sebelum check-up, eyang memang sempat mengeluhkan kondisi matanya
sebelah kanan, karena itulah eyang menyempatkan menemui dokter mata
untuk konsultasi. Dari hasil ngobrol2 A-Z, diambil kesimpulan kalo eyang
lebih baik operasi. Saat mas In dipanggil dokternya untuk mengabarkan
hal ini, dokter juga mengatakan kalo keberhasilan operasi ini 50:50
sodara!! Wuh,, kalo saya disana rasanya pengen jitak tu dokter deh..
(eh, emang berani?? Abaikan..). Karena katarak eyang masuk dalam tipe B.
Jadi, bisa sembuh total, atau malah tidak bisa melihat. Hal ini sempat
menjadi kontroversi (beuh,, bahasanya..) antara dua orang dokter yang
menangani eyang, yaitu dokter mata dan dokter ahli penyakit dalam yang
tau betul riwayat penyakit eyang. Kalo pendapat dokter dalam operasi
mata itu gak perlu dilakukan, mengingat kondisi jantung eyang (pengaruh
usia). Jadi, bukan kebutuhan mendesak lah..
Tapi,
bukan eyang namanya kalo gak kekeuh sama keputusannya. Eyang siap
dioperasi dengan segala resikonya. Dan,, kami semua tidak ada yang
berani menentang. Yo wes lah,, kita ra popo.. masio kudu nangis... T_T
Dan
hal paling berat yang harus dilakukan adalah memberitahukan kabar ini
kepada sang belahan hati eyang, ibuk tersayang (huah.. ambil nafas
dulu..). Mama dan saya pergi ke rumah ibuk untuk menceritakan hal ini
(pergi?? kemana?? orang tinggal loncat doang..). Saat itu ibuk sedang
tidur siang, jadi kami memberitahu ke tan en dulu. Setelah itu, kami
membagi tugas bahwa mama dan tan en yg memberi tau ibuk. Sementara saya
pulang untuk menyiapkan beberapa kebutuhan eyang. Singkat kata, setelah
semua beres, saya kembali menemui ibuk yang sudah terlihat berkaca-kaca
dan panik mendengar kabar itu. Dan berangkatlah kami menemui eyang di
rumah sakit.
Namun, ternyata.. operasinya tidak jadi dilakukan
sodara2. bukan,, bukan karena eyang mendapat keajaiban terus sembuh.
Tetapi, kami harus menunggu jadwal operasi dari dokter dulu. Tidak bisa
langsung. Akhirnya eyang pulang kembali ke rumah. Huft,,
Saat
eyang pulang, saya dapat kabar kalo operasi akan dilakukan di RSSA
Malang. Karena setelah konsultasi ke dokter, operasi yg bagus bisa
dilakukan di sana. Singkatnya, setelah beberapa hari menunggu kabar,
kami dapat kepastian jadwal operasi eyang.
Rabu siang, 21 Mei
2014, berangkatlah eyang diantar bapak didampingi ibuk, mama, mas In,
dan dek Alf. Eyang harus menginap di ruang paviliun RSSA untuk menunggu
jadwal operasi keesokan harinya. Kamis, 22 Mei 2014, pukul 11.00.
Operasi katarak eyang telah selesai dilakukan dan bisa langsung pulang
sore harinya. Alhamdulillah... :)
Karena kondisinya,
eyang harus istirahat penuh di dalam rumah selama beberapa hari.
Ndilalah,, (wooyyy... bahasa planet mana ini??) para tetangga
kanan-kiri, depan-belakang rumah merasa curiga karena tidak melihat
eyang beberapa hari. Alhasil, akhirnya mereka datang ke rumah untuk
menjenguk eyang. Bahkan, menurut saksi mata (mas In), ada salah satu
tetangga depan rumah yg menangis melihat kondisi eyang. Karena mereka
sudah menganggap eyang dan ibuk seperti orang tua mereka sendiri. Hiks,,
terharu.. ternyata semua sayang eyang.. :')
Dan,
Alhamdulillah sampai saya selesai menulis ini (bo'ong,, bukannya ngetik?
hihi..), kondisi eyang masih sehat wal'afiat. Eyang masih kuat
menjalankan puasa ramadhan, sholat tarawih, dan jalan2 pagi.. ^^
Oke
sodara2, ini yg bisa saya ceritakan. Komen, saran, dan kritik nya saya
tunggu (tapi, jangan pedas2 yaa, nanti saya bisa nangis dan ngambek,
trus gak mau nulis lagi. Trus nanti kalian jadi kangen sama tulisan
saya. Trus saya jadi gak punya kegiatan. Trus, trus, trus,,, natap
tembok. Selvi ngaco kalo lagi laper. APA SIHH!!)
Makasi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar