Jumat, 17 April 2015

EYANG KITA SEMUA (PART4)

 
Foto: Eyang Tersayang (Dok.Pribadi)

Rasanya gak akan ada habisnya kalau cerita tentang eyang. Banyak hal positif yang bisa diambil dari kegiatan eyang sehari-hari.

Pagi kemarin, walaupun sedang puasa sunnah kamis, eyang masih bisa dengan asyiknya berkebun. Menata dan merawat tanaman kesayangannya di taman kecil depan rumah. Membongkar tanaman, mencampur tanah dengan pupuk agar gembur lagi, menanam tanaman dalam pot, hingga menyiraminya.

Lagi-lagi, saya hanya melihat dari teras rumah. Karena eyang memang gak suka dibantu, kecuali ada yang harus ditolong.

Melihat eyang yang begitu bersemangat di usianya yang menginjak 88 tahun, saya merasa begitu bangga. Eyang seolah menemukan kembali dunianya yang lain setelah lepas dari karir militernya yang sangat kaku.

Selepas berkebun, eyang biasanya melepas penat di kursi goyang kesayangan sambil menikmati semilir angin pagi. Hingga tukang koran langganan mengantar koran buat eyang.

Membaca. Kegiatan favorit eyang hingga kini. Meski tak mengenyam pendidikan tinggi, eyang mempunyai pengetuan yang cukup luas. Hal ini yang benar-benar saya contoh dari eyang. Hobi membaca. Eyang tak hanya membaca koran saja, tapi juga buku lainnya. Bahkan, novel saya yang tergeletak di meja, tak luput menjadi santapan baca eyang.


Saat membaca koran, eyang selalu fokus, bahkan beberapa kali sampai ketiduran. Tapi, jangan coba-coba mengambil koran yang tergeletak. Eyang akan tiba-tiba bangun dari tidurnya. (Maafkan saya yang suka usil. Hahaha...)

Bagi saya, membaca dan menulis adalah dua kegiatan yang akan mencerminkan karakter kita. Bukankah padi semakin tua semakin merunduk. Begitu pula dengan kita. Semakin kita banyak membaca dan menulis, makin banyak pengetahuan yang kita peroleh. Semakin sadar bahwa ilmu Allah amat sangat luas. Bahkan mungkin kita belum seujung jari mempelajari ilmu Allah.

Membaca dan menulis tidak hanya akan menghilangkan kebosanan, tetapi juga akan mempertajam ingatan. Menulislah maka kamu ada.

Satu hal lagi yang selalu saya amati dari eyang adalah, manusia "tanpa" kresek. Bukan berarti tidak menggunakan kresek dalam keseharian, eyang meminimalisir penggunaannya.

Contoh nyata, saat eyang membeli beberapa barang di toko  seperti pasta gigi, sabun, baterai, hingga kue-kue camilan favoritnya, eyang tidak pernah sekalipun meminta kresek. Eyang selalu berusaha membawa dengan tangannya sendiri, meskipun saya kerap kali menawarkan kresek.

Hal ini berlawanan dengan seorang pelanggan saya, yang walupun hanya membeli satu barang, pasti meminta kresek. Bukannya saya pelit memberikan kresek, tapi alangkah baiknya jika kita sama-sama menyadari dan saling mengingatkan untuk mengurangi penggunaan sampah plastik yang satu ini. (beuh,,,berat...berat...)

Oh iya, omong-omong soal saling mengingatkan. Saya ingat kejadian beberapa waktu lalu, saat isu ISIS makin santer diberitakan di media. Hal ini juga menjadi pantauan eyang. Eyang bahkan menanggapi serius pernyataan bercanda mas Indra yang mendadak mau berangkat umroh hari itu. Eyang langsung berpikir bahwa kakak saya itu berniat gabung ISIS seperti beberapa warga Indonesia yang hilang di Turki. Oh my god!! Beruntung setelah dijelaskan panjang kali lebar eyang pun paham. Salah kakak saya juga yang sok-sok an buat becandaan dari hal yang serius pada eyang.

Tapi, dari hal itu saya bisa mengambil sisi positif, bahwa itu merupakan bentuk kasih sayang dan perhatian eyang pada cucu-cucunya. Eyang terlalu khawatir pada keselamatan cucu-cucunya.

We love you, yang :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar