Sabtu, 04 April 2015

WANITA DAN KARIR

Sebenarnya sepenting apa sih karir bagi seorang wanita? Terkadang, saya sering mendapat pertanyaan begitu dari orang-orang di sekeliling saya. Jujur, saya juga nggak tahu jawabannya. Bisa penting, bisa juga nggak. Tergantung orangnya masing-masing sih.

Kalau saya sendiri, nggak terlalu pengen jadi wanita karir. Okelah, saat masih single tentu keinginan berkarir secara profesional, sesuai dengan kemampuan dan ijazah yang dimiliki, pasti ada. Nah, saat kita sudah menikah terus punya anak gimana dong?

Pengalaman temen-temen saya sih, kebanyakan mereka berhenti bekerja setelah menikah dan punya anak. Mereka rela jadi ibu rumah tangga atau beralih menjadi bussiness woman, yang jam kerjanya lebih flexibel. Jadi, rumah tangga oke, karir juga oke.

Sementara saya lebih milih jadi ibu rumah tangga ketika menikah nanti. Tapi juga tetep pengen punya penghasilan sendiri, jadi nggak tergantung sepenuhnya sama suami. Nah lho, gimana tuh?
Caranya, ya jadi bussiness woman gitu. Punya usaha sendiri di rumah. Bisa berdagang (seperti yang saya lakukan) atau memanfaatkan ketrampilan yang kita punya. Contohnya: menjahit, bikin kue, atau memberi tambahan pelajaran (les) anak-anak di sekitar rumah (saya banget ini). Hehehe...

Terus ada yang tanya gini, lha rugi dong kuliah tinggi-tinggi kalau akhirnya jadi ibu rumah tangga? Woyy,, nggak ada ruginya jadi ibu rumah tangga. Justru menurut saya itu adalah karir tertinggi yang hanya bisa dilakukan oleh seorang wanita. Kenapa? Karena tugas utama seorang wanita setelah menikah adalah mengabdi pada suami dan mendidik anak-anaknya. Ada quote favorit dari mamam muda inspiratif, Dian Sastrowardoyo, "Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita harus berpendidikan tinggi. Karena mereka akan menjadi seorang ibu. Ibu-ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula". Wow banget kata-katanya. 

Memang, nggak harus kuliah sampai S-3 untuk jadi cerdas. Paling nggak kita harus update terhadap informasi terbaru. Jangan sampai ketinggalan. Dari situ kita bisa memilah, mana yang perlu disampaikan ke anak dan tidak. Jadi, semacam mesin penyerap buat tumbuh kembang sang buah hati. Lagipula, kalau kita kudet, kasian anak kita. Ilmu pengetahuan sekarang berkembang pesat lho. Pelajaran di sekolah semakin sulit, bo..

Dan, pada akhirnya semua kembali pada pribadi masing-masing. Mau berkarir monggo, tidak juga nggak masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar