Siang tadi, adik saya sedikit curhat mengenai kegagalannya mengambil mata kuliah yang ingin diulang semester ini. Demi mengejar IPK tinggi, dia rela beberapa hari dioper sana-sini untuk menemui dosen pengampunya. Namun, apalah daya sang dosen hanya mengutamakan mahasiswa-mahasiswa yang sudah "uzur" agar cepat lulus. Berjatuhanlah airmata adik saya. Dia merasa usahanya beberapa hari lalu sia-sia saja. Jujur, saya awalnya bingung harus menghibur macam apa. Tapi, pada akhirnya saya jadi teringat pengalaman saya di akhir kuliah dulu dan menceritakan pada adik saya. Tak dinyana, dia merasa terhibur dan sedikit mengurangi kegalauannya di masa-masa akhir kuliah ini (kayaknya sih, hehe...). Memang ya, sudah mau lulus aja kok rasanya banyak banget halangannya. Nah, sedikit mengingat pasti teman-teman yang sudah lulus ataupun sedang berproses di saat akhir kuliah pasti mengalami beberapa kejadian berikut:
1. Mengulang Mata Kuliah
Seperti yang dialami adik saya, pasti ada beberapa teman-teman yang juga sempat berada di posisi itu. Sudah selesai skripsi atau menjelang skripsi, tiba-tiba pending lulus gara-gara ada mata kuliah syarat skripsi yang belum lulus atau nilainya kurang memuaskan. Alhasil harus mengulangnya di semester ini atau kalau ada syukur-syukur bisa ikut SP. Untuk ikut SP, harus membayar lebih, eh masih harus sekelas dengan adik-adik tingkat yang lebih unyu-unyu. Malu bo,,,
2. Dosen Ilang-ilangan
Saat naskah skripsi siap untuk diujikan, eh mendadak dosen pendamping ada urusan ini-itu. Padahal kita lagi perlu banget tanda tangannya persetujuannya. Beh, berasa nguber-nguber tanda tangan artis (untung nggak sekalian foto bareng). Ada nih salah satu pengalaman teman. Dia sudah janjian sama dosen yang bersangkutan untuk bertemu di gedung perkuliahan. Begitu ketemu, si dosen bilang ada urusan di laboratorium. Jadi, teman saya diutus mengikuti kesana. Beberapa saat menunggu, ndilalah (beuhh,, bahasa apa ini?) si dosen malah sengaja keluar lewat pintu samping. Sampai di tempat parkir, si dosen langsung tancap gas dengan mobilnya. Mendengar suara mobil si dosen, teman saya langsung panik berlarian mengejar. Si dosen yang tahu kalau ada yang mengejar mobilnya, mendadak menghentikan mobilnya. Membuka kaca sambil senyum-senyum dan bilang kalau dia lupa sudah janjian sama teman saya. Tak tega melihat muka teman saya yang pias kelelahan, si dosen pun memberikan tanda tangan indahnya di lembar persetujuan. Wuuiiihhh,,,
3. Korban Bullying Kakak Tingkat
Sebagai mahasiswa yang rajin dan pintar (pedenya, hihi :p), saya berhasil menyelesaikan skripsi lebih cepat dari waktunya. Otomatis saat prosesnya saya lebih banyak berbarengan dengan kakak-kakak tingkat. Mulai dari bimbingan hingga ujian. Nah, sebagai adik tingkat yang unyu-unyu, saya kerap menjadi korban "bullying" kakak tingkat. As an example: Saat antri bimbingan, saya selalu disuruh maju duluan. Enak sih sebenarnya. Tapi, seringkali saat si dosen tidak dalam mood yang baik, saya menjadi tempat jujugan muntahan keluh kesahnya (nasib -_-). Selain itu, saat si dosen belum ada di tempat saat jadwal bimbingan, saya juga dipaksa kakak tingkat untuk menghubungi si dosen. Alasannya, mereka menganggap saya anak emas si dosen (rasanya pengen nggetok kepala si kakak deh). Tak berapa lama, si dosen pun datang. Dengan ceria si dosen mengatakan bahwa yang bisa bimbingan hari itu hanya saya seorang. Karena saya satu-satunya mahasiswa yang berani menghubungi beliau. Nah lho, tahu rasa deh si kakak tingkat. Hehe...
4. Menghadapi Dosen Killer
Biasanya, ketika mengambil skripsi lebih awal, kita diberi kesempatan untuk memilih dosen pendamping yang kita mau. Namun, jika lewat dari waktu yang ditentukan, maka harus ikhlas mendapat dosen yang tak dirindukan. Alhasil dapat dosen yang dikenal killer pun tak terhindarkan. Nah, buat teman-teman yang dari awal sudah semangat mau ngerjain skripsi dan lulus cepat, biasanya susut saat berhadapan dengan si dosen. Judul ditolak, diinterogasi sumber naskah, dan dipersulit saat akan bimbingan ,menjadi santapan buat mereka yang tak beruntung itu.
Ada juga dosen yang lagaknya ngajak berantem terus. Kita ngomong A dia B. Begitu kita ikut B, dia bilang A. Duh! Terus ada pula yang menolak judul gegara si dosen nggak paham materinya. Padahal konsep kita sudah matang. Buku-buku pendamping dan narsumber pun sudah siap. Akhirnya, berantakan dan mutung (ngambek) nggak mau lanjut skripsi, minta nikah bae. Ups,,,
5. Ujian? Oh, no!!
Begitu skripsi sudah siap, pastinya harus siap tempur ujian dong. Saat hari H itu tiba, mendadak ada yang takut luar biasa, gemetaran, keringat mengucur deras, nangis bombay, bolak-balik ke toilet, bahkan ada pula yang sampai pingsan. Aduh!
Trus saya termasuk yang mana? Entahlah, soalnya saya kebagian jadwal ujian terakhir menjelang sore. Jadi, tidak bisa dijelaskan bagaimana kondisi saya melihat kakak-kakak tingkat yang keluar masuk ruang ujian dengan berbagai keadaan. Horror!!
Tapi, begitu giliran saya selesai rasanya ploooonnnngggg luar biasa :) Hampir tanpa revisi dan dinyatakan lulus dengan nilai A. Hahaha...
Nah, itulah beberapa catatan akhir kuliah yang saya bagi. Pasti masih banyak yang membuat teman-teman berkesan dan tidak terlupakan. Monggo share-nya di kolom komentar.
Skripsi? Siapa takut? Semangat!
3. Korban Bullying Kakak Tingkat
Sebagai mahasiswa yang rajin dan pintar (pedenya, hihi :p), saya berhasil menyelesaikan skripsi lebih cepat dari waktunya. Otomatis saat prosesnya saya lebih banyak berbarengan dengan kakak-kakak tingkat. Mulai dari bimbingan hingga ujian. Nah, sebagai adik tingkat yang unyu-unyu, saya kerap menjadi korban "bullying" kakak tingkat. As an example: Saat antri bimbingan, saya selalu disuruh maju duluan. Enak sih sebenarnya. Tapi, seringkali saat si dosen tidak dalam mood yang baik, saya menjadi tempat jujugan muntahan keluh kesahnya (nasib -_-). Selain itu, saat si dosen belum ada di tempat saat jadwal bimbingan, saya juga dipaksa kakak tingkat untuk menghubungi si dosen. Alasannya, mereka menganggap saya anak emas si dosen (rasanya pengen nggetok kepala si kakak deh). Tak berapa lama, si dosen pun datang. Dengan ceria si dosen mengatakan bahwa yang bisa bimbingan hari itu hanya saya seorang. Karena saya satu-satunya mahasiswa yang berani menghubungi beliau. Nah lho, tahu rasa deh si kakak tingkat. Hehe...
4. Menghadapi Dosen Killer
Biasanya, ketika mengambil skripsi lebih awal, kita diberi kesempatan untuk memilih dosen pendamping yang kita mau. Namun, jika lewat dari waktu yang ditentukan, maka harus ikhlas mendapat dosen yang tak dirindukan. Alhasil dapat dosen yang dikenal killer pun tak terhindarkan. Nah, buat teman-teman yang dari awal sudah semangat mau ngerjain skripsi dan lulus cepat, biasanya susut saat berhadapan dengan si dosen. Judul ditolak, diinterogasi sumber naskah, dan dipersulit saat akan bimbingan ,menjadi santapan buat mereka yang tak beruntung itu.
Ada juga dosen yang lagaknya ngajak berantem terus. Kita ngomong A dia B. Begitu kita ikut B, dia bilang A. Duh! Terus ada pula yang menolak judul gegara si dosen nggak paham materinya. Padahal konsep kita sudah matang. Buku-buku pendamping dan narsumber pun sudah siap. Akhirnya, berantakan dan mutung (ngambek) nggak mau lanjut skripsi, minta nikah bae. Ups,,,
5. Ujian? Oh, no!!
Begitu skripsi sudah siap, pastinya harus siap tempur ujian dong. Saat hari H itu tiba, mendadak ada yang takut luar biasa, gemetaran, keringat mengucur deras, nangis bombay, bolak-balik ke toilet, bahkan ada pula yang sampai pingsan. Aduh!
Trus saya termasuk yang mana? Entahlah, soalnya saya kebagian jadwal ujian terakhir menjelang sore. Jadi, tidak bisa dijelaskan bagaimana kondisi saya melihat kakak-kakak tingkat yang keluar masuk ruang ujian dengan berbagai keadaan. Horror!!
Tapi, begitu giliran saya selesai rasanya ploooonnnngggg luar biasa :) Hampir tanpa revisi dan dinyatakan lulus dengan nilai A. Hahaha...
Nah, itulah beberapa catatan akhir kuliah yang saya bagi. Pasti masih banyak yang membuat teman-teman berkesan dan tidak terlupakan. Monggo share-nya di kolom komentar.
Skripsi? Siapa takut? Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar