Rabu, 26 Agustus 2015

BATTLE OF SURABAYA




Battle of Surabaya merupakan film animasi 2D yang dibuat oleh sineas muda Indonesia. Film ini bercerita tentang pertempuran 10 November 1945, antara arek-arek Suroboyo melawan tentara Sekutu. Walaupun berdasar sejarah, tetapi film ini disusupi dengan cerita fiksi mengenai perjuangan sang tokoh utama, Musa.

Musa diceritakan sebagai anak laki-laki yang bekerja menjadi tukang semir sepatu di TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Saat keadaan genting, dimana para pria dewasa (yang menjadi kurir) dicurigai oleh tentara Jepang, Musa diutus oleh Residen  Sudirman untuk menjadi kurir yang membawa surat perintah beserta kode-kode strategi perang.

Bersama dengan Yumna, sahabat perempuannya, Musa berjuang menjadi kurir yang amanah demi ikut perjuangan arek-arek Surabaya melawan Sekutu. Seluruhnya demi kedaulatan Indonesia yang utuh.

Bukan hal yang mudah menjadi seorang kurir di tengah-tengah intaian senjata para musuh. Musa bahkan harus kehilangan ibunda tercinta yang tewas terbakar di gubug sederhananya. Bahkan Musa juga sempat tertangkap oleh Sekutu saat dia berusaha menyembunyikan kode rahasia di dalam sebuah pohon. Tertangkapnya Musa juga akibat ulah Danu, seorang TKR yang membelot menjadi mata-mata sekutu, karena merasa tak ada kepedulian dari negara dalam membebaskan Surabaya dari penjajahan.

Namun, keteguhan Musa dalam upaya ikut serta memperjuangkan kedaulatan, pada akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa. Arek-arek Suroboyo yang dimotori oleh orasi penuh semangat dari Bung Tomo, membuat mereka berhasil mengusir Sekutu. Merdeka! Merdeka!

Meskipun menceritakan tentang sejarah, film ini dibumbui oleh berbagai adegan-adegan lucu. Diantaranya, Musa yang tiba-tiba disuruh menembak oleh Sholehudin (seorang TKR) yang berakhir nyasar mengenai gelas minum TKR lainnya. Lalu ada pula adegan menggelikan saat para TKR berlatih menembak, muncul seorang gadis muda yang berhasil membuyarkan konsentrasi mereka. Tentara Sekutu juga tak luput dari adegan lucu, yaitu saat mereka mengejar Musa, karena tak menemukan kendaraan, mereka memilih menaiki pedati yang disopiri seekor sapi yang berjalan lambat.

Secara keseluruhan film ini berhasil mengoyak emosi saya. Sedih, gembira, semangat, hingga jiwa patriotisme yang tiba-tiba muncul memenuhi seluruh rongga dada.

There is no glory in war
Tak ada kemenangan dalam perang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar