Rabu, 30 Maret 2016

HAPPY BIRTHDAY, MY SISTER IN CRIME..


Aha, akhirnya kamu mendapat kesempatan istimewa jadi objek tulisanku kali ini dan mendapat hak nampang di blogku. Disebut edisi khusus kalau yang ada di koran atau majalah. Huehehe,,,
 
Hari ini tepat 23 tahun yang lalu kamu dilahirkan ke dunia. Seorang bayi mungil, putih bersih, yang membawa kebahagiaan untuk semua (kata Mas In sebagai baby sitter kamu). Memang aku gak inget secara aku masih dalam masa toddler (2,5 tahun). Tapi, kini aku tahu bahwa kehadiranmu telah mewarnai perjalanan hidupku. Aku gak bisa bayangin bagaimana hidupku diantara para big brothers yang mengelilingiku. Terima kasih karena kamu terlahir cewek.

Auridha Nisa Fatwantika. Sebaris nama indah yang disematkan oleh kedua orangtuamu dengan berbagai doa yang terkandung di dalamnya. Tika. Tik. Tikung. Ticeu. Au. Ceu. Mba Ceu. Begitu kamu dipanggil oleh orang sekitarmu.
Ceu, aku merasa beruntung mempunyai saudara sepertimu. Walaupun kita tidak terlahir dari orangtua yang sama, tapi percayalah eyang dan ibuk kita sama. Yaiyalah...

Kita tumbuh bersama dengan baik dihiasi keisengan yang sering kita lakukan. Bermain, belajar, berantem, curhat, olahraga, liburan hingga ngobrol ngalor- ngidul gak jelas. Masih teringat bagaimana kita sering rebutan mainan, makanan, hingga baju. Saling cubit hingga nangis pun tak terhindarkan. Aku selalu ingat bagaimana mamaku dan mamamu berusaha membelikan sesuatu yang sama buat kita. Kalau aku punya, kamu juga punya. Begitu sebaliknya.

Hal itu membuat ikatan kita layaknya saudara kandung yang tak terpisahkan (hueekk,,,). Ingatkah kamu pernah menangis gara-gara aku punya boneka Susan (angkatan 90-an)? Hingga harus pesan ke Jakarta demi dapat boneka yang sama. Banyak hal yang pada akhirnya membuat kita memiliki selera yang sama.

      Kita punya baju yang sama beda warna. Aku dominan kuning dan merah, kamu pink dan oranye. Kita suka boneka Barbie, dari yang kaki lima hingga Matahari. Kita suka komik Conan. Kita suka Harry Potter. Kita suka drama Korea. Kita suka RAN. Kita suka SO7. Kita suka Andrea Hirata dan Tere Liye. Kita suka nonton badminton, sepakbola, motoGP, dan F1. Kita suka hal-hal yang sederhana gak macem-macem. Kita juga suka nonton film dan coba-coba makanan baru. Oh ya kita juga suka Nicholas Saputra, Fedi Nuril, dan Rio Haryanto (Haha,,, abaikan). Tak jarang kita saling kompromi mencari jalan tengah di tengah perbedaan kita. Aku jadi suka Tailor Swift gara-gara kamu (We love -Back to December- so much). Sebaliknya aku pun “memaksa” kamu menyukai Payung Teduh dan the Finest Tree. Bahkan kita bersama-sama menonton Mata Najwa secara live. How sweet that is!!

Layaknya komidi putar, tak selamanya kita di bawah, tenang, adem ayem, dan kompak. Adakalanya saat di atas angin berhembus terlalu kencang hingga bergoyang dan menimbulkan guncangan. Aku bersyukur kita gak pernah berantem besar sampai gontok-gontokan. Kita hanya sering berseteru soal Chelsea dan MU. Belanda dan Jerman. Pedrosa dan Mbahwek Rossi. Ups...

Adakalanya pula komidi putar itu harus berhenti. Saat yang hening, sepi, tanpa suara mesin. Tahukah kamu? Aku pernah mengalami saat-saat itu. Kapan? 19 tahun yang lalu. Saat kamu harus pergi mengikuti kedinasan bapakmu. 11 tahun kita terbentang jarak ± 600 km. Aku sering menangis, bolak-balik ke rumah ibuk untuk sekedar melihat kamarmu yang kosong. Seringkali aku juga tidur disana sambil membayangkanmu. Itulah untuk kali pertama aku disergap perasaan rindu.

Aku ingat betul saat kita berteleponan. Tak banyak kata yang terucap. Justru tangisan yang meraung-raung yang aku curahkan di pelukan mama. Begitu pun saat kamu harus kembali setelah pulang liburan. Kita seolah tegar saling melepas di terminal. Tapi, pada kenyataannya aku selalu enggan saat diajak bapak pergi. Aku menunggu keberangkatan kamu, bahkan mobil bapak mengikuti bus yang kamu tumpangi hingga hilang dari pandangan. Apa yang terjadi? Aku menangis, kamu pun disana menangis. Hiks...

Mungkin ini yang disebut bahwa darah lebih kental dari air. Kita berusaha untuk menjaga ikatan dengan saling berkirim surat (sampai sekarang masih kusimpan). Aku selalu senang menerima surat darimu. Rasa deg-degan dan tak sabar selalu menghantuiku. Mungkin kita generasi terakhir yang masih sempat berkirim surat di tengah gempuran teknologi yang semakin berkembang. Acapkali kita juga saling kirim hadiah, suvenir dan makanan khas. Tak lupa juga potret kita masing-masing untuk melihat pertumbuhan kita.

Hingga akhirnya pada tahun 2008, kabar bahagia itu datang. Kamu akan datang mengikuti kedinasan ayahmu kembali di kota ini. Tinggal bukan untuk sementara, tapi kembali berkumpul. Senangnya,,,

My sister from heart, terimakasih atas waktu-waktu yang kamu curahkan. Mendengarkan curhatku (ssttt,,, jangan dibocorin, bawa sampai mati. Haha...). Tak terhitung aku sering memotong pembicaraanmu, miss gantung. Tetaplah jadi my partner in crime to “bullying” Aldha (jahatnya,,,). Tetaplah suka gagang sayuran. Tetaplah suka Uttaran yang gak tahu kapan tamatnya. Tetaplah jadi dirimu sendiri. Always listening, always understanding (bukan iklan). Hehe,,,

Di hari yang berbahagia ini aku berharap semoga kamu mendapat umur yang berkah, semakin istiqomah beribadah, sehat selalu, lancar menuju sidang skripsi, rezeki yang melimpah (jangan lupa sedekah), makin care sama keluarga, dan makin dewasa bersikap.

Kium sayang selalu,,,
Mba Selvi
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar