![]() |
movie.co.id |
Siapa yang nggak tau film fenomenal satu ini? Akhir cerita yang gantung pada AADC? memang membuka harap akan adanya sekuel. Mini drama Line pada 2014 lalu seolah oase yang mengobati kerinduan penggemar pada Cinta, Rangga, dan Genk Cinta. Berkat itu pula lah akhirnya ide untuk melanjutkan AADC? 2 tercetus.
Jujur, sejak saat itu saya menjadi stalker IG Dian Sastrowardoyo. Begitu dia upload foto naskah skenario AADC 2, girang rasanya hati ini. Sejak tahun lalu saya mengikuti perkembangan pembuatan film ini. Hingga akhirnya rilis serentak pada 28 April lalu.
Respon peminat yang luar biasa membuat saya harus bersabar untuk tidak menonton di hari pertama pemutarannya. Baru pada Selasa, 3 Mei 2016 saya berniat untuk menontonnya. Pikir saya mungkin sudah agak lowong. Eladalah (bahasa apa ini?),,,ternyata saya salah. Berhubung di Malang hanya 2 bioskop yang menayangkan AADC? 2, jadilah antrian panjang itu masih terlihat. Apa boleh buat, akhirnya saya ikut antri juga. Itu pun tidak dapat tiket untuk hari ini (yang sudah sold out), tetapi keesokan harinya. Tak apalah demi Nicholas Saputra. Hehe,,,
Akhirnya, Rabu, 4 Mei 2016, tercapailah keinginan saya untuk menonton film ini. Nah, sebagai pecinta film yang menghargai para aktor dan kru yang telah bersusah payah, saya tidak langsung membuat review-nya. Karena takut dianggap spoiler dan membuat yang belum nonton menjadi tidak surprise lagi.
![]() |
jadiberita.com |
Cerita bermula dari berkumpulnya kembali Cinta (Dian Sastrowardoyo), Milly (Sissy Prescillia), Maura (Titi Kamal) di galeri milik Cinta. Tak hanya mereka, adapula Mamet (Dennis Adhiswara), suami Maura (Christian Sugiono), dan Trian (Ario Bayu), tunangan Cinta.
Di tengah keseruan mereka membahas kehamilan Milly, datanglah Karmen (Adinia Wirasti), yang baru menyelesaikan masa rehabilitasinya karena obat-obatan. Mereka saling berpelukan kangen. Saya dibuat terharu, karena ikut merasakan persahabatan mereka yang tulus.
Sebagai ungkapan kebahagiaan, genk Cinta berencana untuk liburan di Jogja tanpa pasangan masing-masing. Sekaligus memenuhi agenda Cinta untuk menghadiri pameran seni Eko Nugroho.
Sementara itu, di belahan bumi lain, tepatnya New York, Amerika Serikat. Rangga (Nicholas Saputra) tengah berjalan menembus hawa dingin menuju sebuah kedai kopi. Rupanya kedai kopi itu adalah usahanya bersama seorang teman, Roberto (Chase Kuertz).
Dalam perjalanan itulah, puisi pertama muncul...
"... Jendela terbuka dan masa lampau memasukiku sebagai angin. Meriang,
meriang, aku meriang. Kau yang panas di kening. Kau yang dingin dikenang,,,"
Begitu sampai di kedai kopi, Rangga disambut perdebatan antara Roberto dengan pegawainya yang menuntut kenaikan gaji. Rangga bersikap tak acuh, langsung memulai pekerjaannya. Saat Rangga mulai duduk sambil menikmati kopinya, Roberto pun menghampirinya.
Roberto membawa sebuah majalah yang di dalamnya terdapat tulisan Rangga. Layaknya seorang sahabat yang telah lama saling mengenal, Roberto mencoba menyadarkan Rangga untuk kembali menulis, mengembangkan bakatnya. Namun hal itu hanya ditanggapi Rangga dingin.
Tak lama datang seorang perempuan muda ke kedai kopi itu. Dia menyapa, "Mas Rangga...?"
Rangga pun terhenyak, "Kamu siapa ya...?"
Rangga pun terhenyak, "Kamu siapa ya...?"
Perempuan itu adalah Sukma (Dimi Cindyastira), adik tiri Rangga. Sukma sengaja datang ke New York demi membujuk Rangga untuk pulang menemui ibunya yang sakit-sakitan merindukannya.
Walaupun awalnya menerima Sukma dengan baik, Rangga tetap bersikap sinis. Rangga yang telah lama ditinggal ibunya merasa tak perlu untuk menemuinya kembali. Sia-sia, Sukma pun memilih pergi. Sukma sempat meninggalkan foto ibunya beserta alamat di baliknya. Jogja.
Walaupun awalnya menerima Sukma dengan baik, Rangga tetap bersikap sinis. Rangga yang telah lama ditinggal ibunya merasa tak perlu untuk menemuinya kembali. Sia-sia, Sukma pun memilih pergi. Sukma sempat meninggalkan foto ibunya beserta alamat di baliknya. Jogja.
Hal itu disadari Roberto yang membujuk Rangga untuk pulang. Tak hanya menemui ibunya, tetapi juga seseorang yang selalu dirindukannya dalam jauh. Cinta. Rangga pun mulai memikirkan semua...
Rangga akhirnya kembali. Sesampainya di Jakarta, Rangga mendatangi rumah lama Cinta. Namun, rupanya Cinta sudah tak tinggal di sana. Rangga pun melanjutkan perjalanannya ke Jogja dengan kereta api.
Dan di Jogja lah semua cerita dimulai...
Sebelum berangkat ke Jogja, Genk Cinta mengunjungi Alya di pemakaman. Sahabat Cinta yang paling bijak itu meninggal karena kecelakaan tahun 2010 lalu. Di Jogja mereka menginap di Villa Sunset. Pemandangan alam di vila ini sangat menarik dan unik. Kalau kata Milly, "pemandangannya lucu". Mereka melepas lelah dengan bersenda gurau. Meskipun lama tak bertemu, chemistry diantara mereka tetap kuat. Tak lupa mereka menyusun itinerary selama 4 hari berlibur.
Genk Cinta benar-benar menikmati liburannya. Mereka menari riang di sebuah club, diiringi lagu hip-hop seru "Ora Minggir Tabrak" by Kill The DJ.
Sebelum berangkat ke Jogja, Genk Cinta mengunjungi Alya di pemakaman. Sahabat Cinta yang paling bijak itu meninggal karena kecelakaan tahun 2010 lalu. Di Jogja mereka menginap di Villa Sunset. Pemandangan alam di vila ini sangat menarik dan unik. Kalau kata Milly, "pemandangannya lucu". Mereka melepas lelah dengan bersenda gurau. Meskipun lama tak bertemu, chemistry diantara mereka tetap kuat. Tak lupa mereka menyusun itinerary selama 4 hari berlibur.
Genk Cinta benar-benar menikmati liburannya. Mereka menari riang di sebuah club, diiringi lagu hip-hop seru "Ora Minggir Tabrak" by Kill The DJ.
Keesokan harinya, mereka menyusuri sudut-sudut jalanan Jogja dengan menaiki becak dan sepeda angin. Benar-benar liburan yang menyenangkan.
Genk Cinta juga mendatangi Pasar Beringharjo. Di pasar tertua di Jogja itu, mereka mencicipi berbagai macam kuliner khas. Tak lupa mereka ber-gudeg ria di sebuah depot kecil.
Saat di depot itulah, Genk Cinta memberikan kejutan manis untuk Karmen. Sebuah gelang emas berhias sebuah batu berwarna hijau yang indah. Tak ayal hal itu membuat Karmen menangis haru. Karmen merasa teman-temannya masih sangat perhatian padanya. Padahal ia sempat menjauh saat rumah tangganya bermasalah. Hingga dia salah pergaulan dan terjerumus dalam obat-obatan.
Suasana yang haru, membuat mereka tak sadar jika Rangga melintas di depan depot. Barulah saat Karmen dan Milly mampir membeli roti di sebuah bakery, mereka melihat Rangga. Mereka membuntuti Rangga dengan menggunakan mobil, hingga sampai guest house tempatnya menginap.
Malamnya, Genk Cinta minus Cinta saling berdebat untuk memberitahu tentang keberadaan Rangga atau tidak. Maura menentang dengan alasan Cinta sudah akan menikah dan takut Cinta akan terluka lagi. Sedangkan Karmen dan Milly sependapat untuk memberitahu Cinta agar bisa memperoleh jawaban yang jelas soal sikap Rangga.
Malamnya, Genk Cinta minus Cinta saling berdebat untuk memberitahu tentang keberadaan Rangga atau tidak. Maura menentang dengan alasan Cinta sudah akan menikah dan takut Cinta akan terluka lagi. Sedangkan Karmen dan Milly sependapat untuk memberitahu Cinta agar bisa memperoleh jawaban yang jelas soal sikap Rangga.
Setelah memastikan keberadaan Rangga lewat telepon, Genk Cinta pun menceritakan soal Rangga pada Cinta. Dengan ekspresi tak acuhnya, Cinta mencoba bersikap baik-baik saja.
Cinta berkata,"Dia itu udah kayak arsip," yang disela oleh Milly,"Berarti masih disimpen dong, Ta?"
Cinta pun mengoreksi ucapannya,"Kayak prasasti lama, sejarah..."
"...tapi berharga," lirih Karmen yang membuat Cinta mingkem. Sumpah lucu banget adegan ini.
Benarkah Cinta sudah tak peduli? Tentu saja bohong. Saat mereka berada di Pantai Parangtritis, meskipun terlihat ceria, Cinta galau. Hal ini diperhatikan betul oleh Karmen yang akhirnya mengirim pesan pada Rangga untuk menemui Cinta.
Malamnya, saat mereka mendatangi pameran Eko Nugroho, Rangga pun menemui Cinta. Cinta yang merasa tidak siap, segera pergi. Cinta bertengkar hebat dengan Karmen sampai mengungkit-ungkit masalah Karmen yang ditinggal selingkuh oleh suaminya. Sakit hati, Karmen pun meninggalkan Cinta sendiri. Cinta merasa bersalah, dia menunggu kepulangan Karmen hingga larut malam. Mereka pun saling berpelukan dan Cinta memutuskan untuk menemui Rangga.
Keesokan harinya, di sebuah kafe Cinta menemui Rangga. Di sinilah Cinta berkata, "Rangga, yang kamu lakukan ke saya itu... JAHAT!"
Suasana tegang menyelimuti mereka. Cinta bahkan dengan sengaja memainkan cincin pertunangannya agar Rangga sadar. Merasa sudah tidak ada harapan, Rangga pun menceritakan semua alasannya memutuskan Cinta secara sepihak sambil mengajaknya berjalan-jalan.
Rangga bercerita bahwa sejak ayahnya meninggal, hidupnya berantakan termasuk kuliahnya. Saat Cinta dan keluarganya mengunjunginya di New York tahun 2006, jujur Rangga sangat bahagia. Apalagi keluarga Cinta juga sangat baik menerimanya.
Cinta menyela, "Saya pikir... kita orang paling bahagia di dunia waktu itu..."
Rangga melanjutkan, "Saat mengantar kalian pulang, di bandara papa kamu bisikin saya. Rangga, kamu harus segera selesaikan kuliah kamu. Lalu balik Jakarta. Jangan biarkan Cinta menunggu terlalu lama."
Cinta tak menyangka papanya mengatakan hal itu. Sejak itu Rangga mulai berpikir bahwa dia belum bisa membahagiakan Cinta. Berkali-kali telepon dan sms Cinta diabaikannya. Hingga dia menulis surat untuk mengakhiri hubunganya dengan Cinta.
Cinta menggelengkan kepala tak percaya, "Kamu tahu, saya tersenyum bahagia menerima surat kamu. Saya pikir romantis sekali, jaman sekarang orang masih menerima surat cinta dari pacarnya,,,"
Tapi, begitu dibaca Cinta merasa sakit hati yang luar biasa. Kalau tidak ada teman-temannya, Cinta mungkin sudah hancur. Sekolah, karir, bahkan hidupnya.
"Saya pikir itu yang terbaik untuk kita..." Rangga melanjutkan.
"Untuk kita? Itu keputusan kamu yang paling egois," Cinta membantah.
Cinta yang terlanjur emosi, menampar Rangga dan berjalan pergi. Namun, dia akhirnya kembali (lucu adegan ini). Cinta berkata bahwa dia tidak mau orang berpikir bahwa mereka sepasang kekasih yang lagi berantem. Mereka toh sudah dewasa.
Merasa sudah jelas, Cinta pun menyalami Rangga dan mengucapkan selamat tinggal. Namun, Rangga belum melepaskan genggamannya. Dia ingin mencarikan Cinta taksi. Walaupun awalnya menolak, Cinta akhirnya setuju.
Sambil berjalan, Cinta minta maaf sudah menampar Rangga. Cinta pun bertanya ada urusan apa Rangga di Jogja. Rangga menjawab untuk bertemu ibunya. Cinta menoleh, "Ibu kamu?"
"Panjang ceritanya. Saya akan sangat senang jika kamu mau mendengarkan," harap Rangga.
Rangga menyewa mobil. Mereka pergi berkeliling Jogja. Rangga sempat menyampaikan duka citanya atas meninggalnya Alya. Rangga juga minta maaf pernah mengatakan persahabatan mereka itu nggak prinsipil, ternyata mereka sangat tulus. Cinta tersenyum atas penghargaan Rangga pada Genk Cinta.
Mereka tiba di Istana Ratu Boko. Rangga mengatakan bahwa ini merupakan tempat favorit ayahnya. Rangga dengan terbuka menceritakan keluarganya. Mereka saling bercerita tentang kehidupannya selama 9 tahun terakhir.
Selanjutnya mereka melihat pertunjukan Papermoon Puppet Theatre. Cinta nampak berkaca-kaca menghayati jalannya cerita. Saya juga terharu, berkali-kali ke Jogja tapi baru lihat ada teater boneka yang menarik begini.
Setelah itu mereka makan malam di Sate Klathak Pak Bari. Disinilah Cinta baru teringat teman-temannya yang pasti kebingungan. Dia pun menelepon teman-temannya. Genk Cinta yang telah menunggu di Restoran Bu Ageng pun akhirnya memesan makanan, karena kelaparan.
Sempat tegang saat dengan sinis Rangga menyebut Trian terlahir kaya, Cinta rupanya masih bersedia melanjutkan perjalanannya bersama Rangga. Kali ini Cinta yang memilih tempat. Mereka menikmati malam dengan minum kopi di Klinik Kopi. Begitu tahu bahwa Rangga baru pertama kali datang, sang pemilik langsung bicara panjang lebar menjelaskan tentang kopi. Cinta yang sudah duduk, tertawa cekikikan berhasil mengerjai Rangga. Rangga pun ikut tertawa. Rangga lalu memberikan sebuah kertas terlipat. Hadiah untuk Cinta dan mengatakan untuk tidak membukanya disini.
Berakhirkah perjalanan mereka malam itu? Rupanya belum. Cinta akhirnya mengabari teman-temannya bahwa dia akan pulang subuh. Hal ini membuat Genk Cinta kalang kabut. Semalaman mereka tidak bisa tidur. Hwahaha...
Rangga rupanya mengajak Cinta melihat matahari terbit di Punthuk Setumbu. Mereka sempat begadang di Rumah Doa Rhema. Cinta tidak menyangka Rangga akan mengajaknya kemari. Rangga berkata inilah indahnya backpacker daripada travelling. Cinta menambahkan, "Backpacker is not about the destiny. It's about the journey," yang disambut anggukan Rangga.
Merasa sudah tiba saatnya, Rangga mengajak hiking ke puncak. Begitu matahari terbit, tampaklah Candi Borobudur yang seolah-olah muncul dari dalam kabut. Romantisnya...
Mereka lalu berlari menuruni bukit menuju kembali ke Rumah Doa Rhema. Mereka menaiki tangga menuju bagian paling atas bangunan lawas berbentuk merpati ini. Saya dibuat ngos-ngosan melihat adegan ini. Pemandangan indah terhampar di depan kedua pasang mata mereka. Rangga tidak melepas tatapannya pada Cinta.
Rangga lalu mengantar Cinta kembali ke vila. Mereka saling mengucapkan selamat tinggal. Begitu masuk, Cinta diberondongi pertanyaan oleh teman-temannya. Cinta mencoba menjawab satu-satu pertanyaan mereka. Cinta lalu bertanya apa mereka sudah membelikan oleh-oleh untuk Trian, yang dijawab anggukan oleh Genk Cinta. Lalu dibalas Cinta dengan mengatakan,"Kalian juara...", yang ditekankan kembali oleh Milly dengan gaya ngomong anak gaul, "Juwara..." (lucu banget deh Milly).
Setelah mengantar Cinta, Rangga memutuskan untuk menemui ibunya. Sukma yang membuka pintu, sangat senang melihat siapa yang datang. Rangga meneteskan airmata saat memeluk ibu yang selama ini dirindukannya dalam diam. Mereka lalu saling bercengkerama hangat ditambah kedatangan kakak-kakak Rangga.
Di apartemennya, Cinta yang baru saja tiba dari Jogja, segera membaca surat yang Rangga berikan di kedai kopi. Surat itu berisi puisi yang berjudul "Batas"...
Semua perihal diciptakan
sebagai batas
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara, dan kantor wali kota, juga rumahku dan seluruh tempat di mana pernah ada kita
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara, dan kantor wali kota, juga rumahku dan seluruh tempat di mana pernah ada kita
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata
Begitu pula rindu. Antara pulau dan seorang
petualang yang gila
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu dinding diantara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini?
Lihat tanda tanya itu jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu dinding diantara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini?
Lihat tanda tanya itu jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi
Cinta galau, hatinya kembali terombang-ambing. Perasaan yang berusaha ia lindapkan di hati yang terdalam, satu-persatu muncul ke permukaan. Begitu pun Rangga yang harap-harap cemas menanti keputusan Cinta. Dia sangat yakin perjalanan mereka di Jogja kemarin meninggalkan kesan mendalam bagi Cinta.
Rangga akhirnya memutuskan untuk ke Jakarta menemui Cinta. Cinta yang belum berani menceritakan ke Trian soal Rangga, kaget bukan main.
"Mau apa kamu kesini? Kita sudah selesai," tanya Cinta.
"Jadi, yang kita lakukan di Jogja kemarin tidak ada artinya?," ucap Rangga.
"Iya, tidak berarti apa-apa," balas Cinta berat.
Rangga pun pergi meninggalkan Cinta. Di pintu galeri, dia berpapasan dengan Trian.
Trian pun menuntut penjelasan Cinta, mengenai "si legendaris" Rangga. Entah apa yang terjadi, adegan beralih ke Cinta yang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Di bandara, Rangga sudah siap kembali ke New York. Rangga beberapa kali menengok ke belakang, berharap Cinta menyusulnya seperti dulu. Namun, Cinta tak pernah datang. Karena, Cinta yang ingin mendahului truk justru selip. Mobilnya berputar-putar. Beruntung dia baik-baik saja.
Satu purnama kemudian...
Rangga menjalani rutinitasnya di kedai kopi. Bersama Roberto, Rangga memutuskan untuk menaikkan gaji pegawainya. Saking senangnya, pegawai itu langsung memeluk Rangga. Tak disangka Cinta datang, dan melihat adegan yang sinetron abis itu.
Cinta langsung lari keluar. Rangga yang masih kaget dengan kedatangan Cinta segera menyambar mantelnya dan berlari menyusul Cinta.
"Cinta," panggil Rangga, yang membuat Cinta berhenti. Rangga mendekat dan menjelaskan apa yang dilihat Cinta tadi.
Cinta tersenyum lega. Dia segera mengungkapkan seluruh isi hatinya pada Rangga. Bahwa hidupnya tidak akan berarti tanpa Rangga. Rangga tersenyum bahagia dan mengatakan bahwa dia sangat mencintai Cinta. Mereka pun berpelukan hangat di tengah musim dingin yang menggigil.
Rangga akhirnya memutuskan untuk ke Jakarta menemui Cinta. Cinta yang belum berani menceritakan ke Trian soal Rangga, kaget bukan main.
"Mau apa kamu kesini? Kita sudah selesai," tanya Cinta.
"Jadi, yang kita lakukan di Jogja kemarin tidak ada artinya?," ucap Rangga.
"Iya, tidak berarti apa-apa," balas Cinta berat.
Rangga pun pergi meninggalkan Cinta. Di pintu galeri, dia berpapasan dengan Trian.
Trian pun menuntut penjelasan Cinta, mengenai "si legendaris" Rangga. Entah apa yang terjadi, adegan beralih ke Cinta yang mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
" ..
Kadang-kadang, kau pikir, lebih mudah mencintai semua orang daripada
melupakan satu orang,
Jika ada seorang terlanjur menyentuh inti jantungmu, mereka yang datang kemudian hanya menyentuh kemungkinan.. "
Jika ada seorang terlanjur menyentuh inti jantungmu, mereka yang datang kemudian hanya menyentuh kemungkinan.. "
Di bandara, Rangga sudah siap kembali ke New York. Rangga beberapa kali menengok ke belakang, berharap Cinta menyusulnya seperti dulu. Namun, Cinta tak pernah datang. Karena, Cinta yang ingin mendahului truk justru selip. Mobilnya berputar-putar. Beruntung dia baik-baik saja.
Satu purnama kemudian...
Rangga menjalani rutinitasnya di kedai kopi. Bersama Roberto, Rangga memutuskan untuk menaikkan gaji pegawainya. Saking senangnya, pegawai itu langsung memeluk Rangga. Tak disangka Cinta datang, dan melihat adegan yang sinetron abis itu.
Cinta langsung lari keluar. Rangga yang masih kaget dengan kedatangan Cinta segera menyambar mantelnya dan berlari menyusul Cinta.
"Cinta," panggil Rangga, yang membuat Cinta berhenti. Rangga mendekat dan menjelaskan apa yang dilihat Cinta tadi.
Cinta tersenyum lega. Dia segera mengungkapkan seluruh isi hatinya pada Rangga. Bahwa hidupnya tidak akan berarti tanpa Rangga. Rangga tersenyum bahagia dan mengatakan bahwa dia sangat mencintai Cinta. Mereka pun berpelukan hangat di tengah musim dingin yang menggigil.
“Hari-hari membakar habis diriku.
Setiap kali
aku ingin mengumpulkan
tumpukan
abuku sendiri, jari-jariku
berubah jadi
badai angin.
Dan aku
mengerti mengapa cinta diciptakan..." Epilog
Rangga menggendong seorang bayi dengan Cinta yang memeluknya dari belakang. Mereka saling tersenyum bahagia. Tapi...
"Eh, udah-udah. Belum pantes, belum pantes," Mamet memecah kebahagiaan dengan mengambil bayinya. Rupanya itu anak Milly. Hahaha...
Happy ending :)
Huaaahhh,,, ternyata panjang juga sinopsis filmnya. Soalnya bingung mana yang bisa di-skip. Semua adegan di AADC? 2 penting semua menurut saya. Tiap adegan benar-benar terlihat natural dan nyampe di hati.
Karakter tiap tokoh sangat kuat tercipta. Saya pikir dengan tidak adanya tokoh Alya, tidak akan ada sosok penyeimbang di Genk Cinta. Tapi, justru karakter itu dimunculkan pada Karmen. Karmen yang tomboy dan keras, mengalami perkembangan emosi yang baik. Pengalaman hidupnya menjadikan dia sosok yang bijak di Genk Cinta.
Buat saya mereka berhasil memerankan karakternya dengan baik. Tapi, favorit saya adalah Sissy Prescillia. She puts Milly in millyon smiles on people's faces. Nggak ada Milly nggak rame. Dia sosok yang paling tulus dibalik ke-lola-annya.
Pemilihan tempat di Jogja juga berhasil membuat saya terpukau. Ternyata masih banyak yang perlu dieksplor disana. Favorit saya, Papermoon Puppet Theatre. Sumpah pengen banget nonton langsung.
Overall,,, kesimpulannya adalah... Baper. Baper. Baper. Sampai sekarang saya belum bisa move on. Tiap adegan dan percakapan masih nempel di kepala. Apalagi puisi-puisi yang ditulis M. Aan Mansyur. Saya jatuh cinta sekali. Saya sampai stalking IG-nya untuk menyemak rangkaian kata indahnya, karena belum kebagian bukunya yang selalu sold out.
Selamat Menonton!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar