Selasa, 31 Januari 2017

4 HARI 7 KOTA 3 PROVINSI



      Minggu lalu saya melakukan sebuah perjalanan. Bolehlah disebut traveling ala-ala. Sendirian? Impossible lah. Bisa digethok bapak kalau anak ceweknya ini berani pergi jauh sendirian. Sebenarnya saya cuma ikut serta keluarga bapak mengunjungi saudara di Karawang. Awalnya saya tidak berpikir untuk ikut, bahkan menolak saat ditawari. Tapi, H-1 ilham itu muncul. Saya memutuskan untuk bergabung. Beruntung masih ada kursi kosong.

       Anggaplah ini liburan awal tahun saya. Anti mainstream banget kan? Disaat orang lain sudah masuk kerja, saya justru liburan. Cihuuyyy...

 Day 1


1.     Batu-Malang

Saya berangkat Sabtu pagi jam 06.30. Dari sebelum subuh saya sudah bangun untuk packing ditemani si bungsu yang sibuk tanya berulang-ulang. “Mbak mau kemana e?” (bahkan sampai Sragen dia masih menulis pertanyaan yang sama melalui whatsapp. Ampun dah,,,).

Baru kali ini saya packing dadakan. Biasanya berapa hari sebelum berangkat saya sudah me-list barang bawaan dan menyusun itinerary. Jangan ditiru ya! Persiapkan diri dengan baik agar perjalanan tenang.


2.    Ngawi
Foto: gontor.ac.id
   Pemberhentian pertama di Ngawi. Ada apa disana? Yang paling terkenal ya Pondok Pesantren Gontor Putri lah. Ngapain disana? Gak ada. Setidaknya tempat ini membangkitkan impian masa kecil. Dulu sekali, tamat SD saya pernah ingin menuntut ilmu disana. Tapi, karena satu hal urung dilakukan. Ah, jadi mewek deh...


Day 2


3.    Karawang

Sampai di Karawang sekitar jam 3 dini hari. Suasana sunyi langsung menyergap. Keadaan yang gelap menghalangi pandangan mata saya. Kami menempati rumah tua yang berusia 85 tahun (kata ibu pemilik). Rumah khas dengan dua lapis pintu, kaca dan kayu. Horor dong? Hiii,,,takut...

Eits, jangan sedih. Meskipun rumah tua, namun cukup nyaman. Kasur-kasur telah digelar rapi di ruang tv. Jadilah kami langsung bergelimpangan macam pindang. Duuh,,, kelakuan... haha...

Pagi hari yang menyenangkan. Selesai mandi (kamar mandinya luaaasss banget -bisa tuh buat main bola- dan bersih) saya mulai memperhatikan keseluruhan rumah. Rupanya hanya bagian depan saja yang masih dipertahankan “ketuaannya”. Bagian tengah hingga dapur telah mengalami renovasi. Ditambah fasilitas tv kabel 400 chanel dan PS 2017 (mager,,mager,,deh...) rumah ini sudah masuk kategori modern. Di dapur, rupanya si ibu masih memasak menggunakan kuali dan dandang besar berbahan kuningan. Uniknya...

Sambil menunggu sarapan siap (woyyy,,,bantuin masak kek!!), saya keluar rumah. Barulah saya menyadari dimana saya berada. Hamparan berhektar-hektar sawah di depan mata. Kanan kiri depan belakang. Ternyata saya berada di lumbung padi Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Ckckck...



Puas berkeliling dan foto-foto, kembali ke rumah sarapan telah siap. Beraneka macam seafood (udang dan cumi favorit!!) telah memanggil-manggil. Ditambah lalapan timun kecil plus leunca. Sedaaappp...

Hari kedua dan ketiga di Karawang, kami masih disuguhi berbagai makanan khas seperti nasi uduk (pakai kuah kerang), bala-bala, tahu kupat, dan urap-urap rumput laut (bumbunya kelapa dan petis pedas). Lupakan diet. Hehe...

Oh iya, disana hawanya panas banget, maklumlah jaraknya hanya 2 km dari pantai utara, jadi kipas angin selalu on termasuk saat tidur. Hal itu juga menyebabkan airnya payau, terasa asin, kecuali air minumnya.


Day 3


4.    Subang

Rugi dong kalau udah pergi jauh-jauh cuma diam di rumah. Pelesir lah kita ke Ciater, Subang. Subang dikenal sebagai kota nanas. Perkebunan nanas yang luas bersebelahan dengan perkebunan teh. Tak heran jika hampir di sepanjang jalan, berjejer penjual nanas madu yang ukurannya besar dan berwarna kuning segar.

Tujuan utama Gunung Tangkuban Parahu. Sebelumnya, kami singgah di sebuah masjid besar milik sebuah resort. Masjid Jami Ahshal Masjidis Sa’adah. Disanalah saya kembali merasakan air segar dan dingin seperti di Batu. Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan? Alhamdulillah.... 


Tiket masuk kawasan wisata yang terkenal dengan dongeng Sangkuriang itu 20 ribu per orang. Hawa dingin dan bau belerang Kawah Ratu menyambut saat keluar dari mobil. Bagi saya hawa dingin disana menyenangkan. Namun bagi kalian yang berasal dari daerah panas pasti menggigil kedinginan. Jadi persiapkan jaket atau pakaian hangat ya...


Day 4


5.    Cirebon

Berkat sopir yang luar biasa berpengalaman, perjalanan pulang terasa lebih menyenangkan. Kami singgah di Cirebon. Kota penuh kenangan sejak 20 tahun lalu.  Terakhir menginjakkan kaki di kota ini sekitar 10 tahun lalu. Beberapa tempat mengingatkan saya akan memori itu. Terminal (saat adik kecil berlarian menyambut) dan Grage Mall (tempat menghabiskan waktu berburu buku favorit). Makanan khas seperti empal genthong dan nasi jamblang kembali menyapa. Sayangnya, saat berburu oleh-oleh, saya tidak menemukan blanket jahe dan kue mata ikan. Ah, sudahlah...

6.    Pekalongan

Ngapain disana? Belanja batik dong... Rasanya kok sayang kalau cuma lewat doang. Apalagi dalam rombongan ada ibu-ibu. Kalap-kalap deh... haha...

7.    Semarang

And the last is Semarang. Menuju Lawang Sewu, menengok keramaian Simpang Lima, berkeliling kota tua, dan berakhir di Masjid Agung. Tiba-tiba kota besar ini telah menarik hati saya untuk menjadikannya salah satu kota favorit. Sepertinya lain kali harus diagendakan khusus untuk kembali ke kota lunpia ini.

Beli oleh-oleh? Wajib!! Harus!! Bukan lunpia atau bandeng, tapi moaci dan kripik bayam. Kedua makanan ini tak pernah saya alpakan jika mendengar kata Semarang. Hmm,,,nom...nom...
Foto: anekawisata.com

Saatnya kembali ke kota tercinta...








Tidak ada komentar:

Posting Komentar