Minggu
lalu saya melakukan sebuah perjalanan. Bolehlah disebut traveling
ala-ala. Sendirian? Impossible lah. Bisa digethok bapak kalau anak
ceweknya ini berani pergi jauh sendirian. Sebenarnya saya cuma ikut serta
keluarga bapak mengunjungi saudara di Karawang. Awalnya saya tidak berpikir
untuk ikut, bahkan menolak saat ditawari. Tapi, H-1 ilham itu muncul. Saya
memutuskan untuk bergabung. Beruntung masih ada kursi kosong.
Anggaplah
ini liburan awal tahun saya. Anti mainstream banget kan? Disaat orang
lain sudah masuk kerja, saya justru liburan. Cihuuyyy...
Day 1
1. Batu-Malang
Saya
berangkat Sabtu pagi jam 06.30. Dari sebelum subuh saya sudah bangun untuk packing
ditemani si bungsu yang sibuk tanya berulang-ulang. “Mbak mau kemana e?”
(bahkan sampai Sragen dia masih menulis pertanyaan yang sama melalui whatsapp.
Ampun dah,,,).
Baru kali
ini saya packing dadakan. Biasanya berapa hari sebelum berangkat saya
sudah me-list barang bawaan dan menyusun itinerary. Jangan ditiru
ya! Persiapkan diri dengan baik agar perjalanan tenang.
2. Ngawi
![]() |
Foto: gontor.ac.id |
Pemberhentian
pertama di Ngawi. Ada apa disana? Yang paling terkenal ya Pondok Pesantren
Gontor Putri lah. Ngapain disana? Gak ada. Setidaknya tempat ini membangkitkan
impian masa kecil. Dulu sekali, tamat SD saya pernah ingin menuntut ilmu
disana. Tapi, karena satu hal urung dilakukan. Ah, jadi mewek deh...
Day 2
3. Karawang
Sampai di
Karawang sekitar jam 3 dini hari. Suasana sunyi langsung menyergap. Keadaan
yang gelap menghalangi pandangan mata saya. Kami menempati rumah tua yang
berusia 85 tahun (kata ibu pemilik). Rumah khas dengan dua lapis pintu, kaca
dan kayu. Horor dong? Hiii,,,takut...
Eits,
jangan sedih. Meskipun rumah tua, namun cukup nyaman. Kasur-kasur telah digelar
rapi di ruang tv. Jadilah kami langsung bergelimpangan macam pindang. Duuh,,,
kelakuan... haha...
Pagi hari
yang menyenangkan. Selesai mandi (kamar mandinya luaaasss banget -bisa tuh buat
main bola- dan bersih) saya mulai memperhatikan keseluruhan rumah. Rupanya
hanya bagian depan saja yang masih dipertahankan “ketuaannya”. Bagian tengah
hingga dapur telah mengalami renovasi. Ditambah fasilitas tv kabel 400 chanel
dan PS 2017 (mager,,mager,,deh...) rumah ini sudah masuk kategori modern. Di
dapur, rupanya si ibu masih memasak menggunakan kuali dan dandang besar
berbahan kuningan. Uniknya...
Sambil
menunggu sarapan siap (woyyy,,,bantuin masak kek!!), saya keluar rumah. Barulah
saya menyadari dimana saya berada. Hamparan berhektar-hektar sawah di depan mata.
Kanan kiri depan belakang. Ternyata saya berada di lumbung padi Cilamaya,
Karawang, Jawa Barat. Ckckck...
Puas
berkeliling dan foto-foto, kembali ke rumah sarapan telah siap. Beraneka macam
seafood (udang dan cumi favorit!!) telah memanggil-manggil. Ditambah lalapan
timun kecil plus leunca. Sedaaappp...
Hari
kedua dan ketiga di Karawang, kami masih disuguhi berbagai makanan khas seperti
nasi uduk (pakai kuah kerang), bala-bala, tahu kupat, dan urap-urap rumput laut
(bumbunya kelapa dan petis pedas). Lupakan diet. Hehe...
Oh iya,
disana hawanya panas banget, maklumlah jaraknya hanya 2 km dari pantai utara,
jadi kipas angin selalu on termasuk saat tidur. Hal itu juga menyebabkan
airnya payau, terasa asin, kecuali air minumnya.
Day 3
Rugi dong
kalau udah pergi jauh-jauh cuma diam di rumah. Pelesir lah kita ke Ciater,
Subang. Subang dikenal sebagai kota nanas. Perkebunan nanas yang luas
bersebelahan dengan perkebunan teh. Tak heran jika hampir di sepanjang jalan,
berjejer penjual nanas madu yang ukurannya besar dan berwarna kuning segar.
Tujuan
utama Gunung Tangkuban Parahu. Sebelumnya, kami singgah di sebuah masjid besar
milik sebuah resort. Masjid Jami Ahshal Masjidis Sa’adah. Disanalah saya
kembali merasakan air segar dan dingin seperti di Batu. Maka nikmat Tuhanmu
manakah yang kamu dustakan? Alhamdulillah....
Tiket
masuk kawasan wisata yang terkenal dengan dongeng Sangkuriang itu 20 ribu per
orang. Hawa dingin dan bau belerang Kawah Ratu menyambut saat keluar dari
mobil. Bagi saya hawa dingin disana menyenangkan. Namun bagi kalian yang
berasal dari daerah panas pasti menggigil kedinginan. Jadi persiapkan jaket
atau pakaian hangat ya...
Day 4
5. Cirebon
Berkat
sopir yang luar biasa berpengalaman, perjalanan pulang terasa lebih menyenangkan.
Kami singgah di Cirebon. Kota penuh kenangan sejak 20 tahun lalu. Terakhir menginjakkan kaki di kota ini
sekitar 10 tahun lalu. Beberapa tempat mengingatkan saya akan memori itu.
Terminal (saat adik kecil berlarian menyambut) dan Grage Mall (tempat
menghabiskan waktu berburu buku favorit). Makanan khas seperti empal genthong
dan nasi jamblang kembali menyapa. Sayangnya, saat berburu oleh-oleh, saya
tidak menemukan blanket jahe dan kue mata ikan. Ah, sudahlah...
6. Pekalongan
Ngapain
disana? Belanja batik dong... Rasanya kok sayang kalau cuma lewat doang.
Apalagi dalam rombongan ada ibu-ibu. Kalap-kalap deh... haha...
7. Semarang
And the
last is Semarang. Menuju Lawang Sewu, menengok keramaian Simpang
Lima, berkeliling kota tua, dan berakhir di Masjid Agung. Tiba-tiba kota besar
ini telah menarik hati saya untuk menjadikannya salah satu kota favorit. Sepertinya
lain kali harus diagendakan khusus untuk kembali ke kota lunpia ini.
Beli
oleh-oleh? Wajib!! Harus!! Bukan lunpia atau bandeng, tapi moaci dan kripik
bayam. Kedua makanan ini tak pernah saya alpakan jika mendengar kata Semarang.
Hmm,,,nom...nom...
![]() |
Foto: anekawisata.com |
Saatnya
kembali ke kota tercinta...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar